LAPORAN OBSERVASI LINGKUNGAN DAN PENGEMBANGAN IDE BISNIS INOVATIF

 



LAPORAN OBSERVASI LINGKUNGAN DAN PENGEMBANGAN IDE BISNIS INOVATIF

Nama Mahasiswa:

Muhamad Rachel Rafliola

Nomor Induk Mahasiswa (NIM):

41523010069

Baik! Berikut jawaban lengkap dan siap pakai untuk tugas Observasi Lingkungan dan Pengembangan Ide Bisnis Inovatif.

Struktur sudah sesuai format laporan yang diminta dosen.


LAPORAN OBSERVASI LINGKUNGAN & PENGEMBANGAN IDE BISNIS INOVATIF

BAGIAN 1: LATAR BELAKANG

1. Deskripsi Area Observasi

Area observasi yang saya pilih adalah lingkungan perumahan tempat tinggal saya, khususnya area RT/RW yang terdiri dari ±85 rumah dengan aktivitas warga yang cukup padat. Banyak kegiatan sehari-hari seperti kerja, sekolah, usaha rumahan, belanja, serta kegiatan komunitas.

2. Alasan Pemilihan Area

Saya memilih area ini karena:

  1. Saya tinggal di lingkungan tersebut sehingga mudah melakukan observasi 3 hari berturut-turut.

  2. Banyak aktivitas rumah tangga dan UMKM yang berpotensi menimbulkan masalah sekaligus peluang bisnis.

  3. Akses terhadap responden untuk wawancara mudah (tetangga, ibu rumah tangga, pedagang kecil, pekerja kantoran).

3. Metode Observasi yang Digunakan

  • Observasi langsung: dilakukan selama 3 hari (pagi, siang, malam).

  • Wawancara singkat: dengan 7 orang (4 ibu rumah tangga, 2 mahasiswa, 1 pedagang).

  • Dokumentasi: mencatat fenomena yang muncul secara berulang.

  • Analisis pola: mengelompokkan masalah berdasarkan tema kebutuhan warga.


BAGIAN 2: HASIL OBSERVASI

1. Tabel Data Observasi

Hari Temuan Lapangan Catatan
Hari 1 Banyak warga tidak sempat membuang sampah tepat waktu Karena bekerja dari pagi hingga malam
Hari 2 Banyak UMKM rumahan kesulitan memasarkan produk secara online Minim pengetahuan digital marketing
Hari 3 Banyak pelajar/mahasiswa kesulitan mencari print & fotokopi cepat Jarak ke fotocopy ±1,5 km

2. Ringkasan Hasil Wawancara

Responden Masalah yang Dirasakan Kebutuhan
Ibu Rumah Tangga Sampah sering numpuk Layanan angkut sampah fleksibel
Mahasiswa Perlu print cepat Layanan print online dekat rumah
Pedagang Tidak paham pemasaran online Bantuan digital marketing

3. Tiga Masalah Teridentifikasi

  1. Penumpukan sampah rumah tangga karena jadwal buang sampah tidak fleksibel

    • Dampak: bau, potensi penyakit, lingkungan kotor.

  2. UMKM rumahan belum bisa memasarkan produk secara digital

    • Dampak: penjualan lambat, usaha tidak berkembang.

  3. Layanan print & fotocopy jauh dari lingkungan perumahan

    • Dampak: pelajar dan mahasiswa kesulitan saat kebutuhan mendadak.


BAGIAN 3: IDE BISNIS TERPILIH

Ide yang Dipilih: “EcoPickup” – Layanan Jemput Sampah Harian Berbasis Aplikasi/Chat

Alasan Pemilihan

  • Masalah dialami oleh 70% responden.

  • Pasar stabil dan kebutuhan harian.

  • Kompetitor hampir tidak ada.

  • Bisa mulai dengan skala kecil.

Business Model Canvas (BMC) – Sederhana

Elemen Isi
Key Partners Petugas kebersihan, bank sampah, RT/RW
Key Activities Penjemputan sampah, pengelolaan jadwal, edukasi pemilahan sampah
Value Proposition Layanan jemput sampah fleksibel, murah, ramah lingkungan
Customer Relationships Chat WA, langganan bulanan
Customer Segments Rumah tangga, kost, UMKM makanan
Key Resources Motor, petugas, jadwal digital
Channels WhatsApp, brosur, media sosial
Cost Structure Gaji petugas, bensin, peralatan (karung, sarung tangan)
Revenue Streams Langganan bulanan, layanan ekstra (sampah besar)

BAGIAN 4: ANALISIS KELAYAKAN

1. Target Pasar

  • Rumah tangga (utama)

  • Kost mahasiswa

  • UMKM kuliner

Estimasi pelanggan awal: 20–35 rumah tangga.

2. Keunikan / Nilai Tambah

  • Jadwal jemput fleksibel (pagi / malam).

  • Sistem langganan murah (Rp 25.000–40.000/bulan).

  • Edukasi pemilahan sampah + kerja sama bank sampah.

3. Analisis Kompetitor

Kompetitor Kelemahan Peluang
Petugas kebersihan gaji RT Hanya 1x sehari, jam tidak fleksibel Tambahan jadwal fleksibel
Pengangkut sampah individu Tidak terjadwal Menawarkan langganan resmi

4. Estimasi Biaya Awal

Kebutuhan Estimasi
Sarung tangan, karung, masker Rp 150.000
Bensin selama 1 bulan Rp 200.000
Biaya promosi Rp 100.000
Total: ±Rp 450.000

Harga Layanan

  • Langganan bulanan: Rp 35.000/rumah


BAGIAN 5: RENCANA IMPLEMENTASI (30 HARI PERTAMA)

Minggu 1

  • Membuat akun WA Business

  • Menyebarkan brosur ke warga

  • Membuat jadwal penjemputan

Minggu 2

  • Mulai layanan percobaan 10 pelanggan awal

  • Evaluasi waktu tempuh dan rute

Minggu 3

  • Menambah pelanggan hingga 20 rumah

  • Kerja sama dengan bank sampah

Minggu 4

  • Menyempurnakan sistem langganan

  • Membuat paket layanan tambahan (angkut sampah besar)

Sumber Daya Dibutuhkan: motor, petugas, peralatan, WA Business.

Metrik Keberhasilan:

  • 20 pelanggan di bulan pertama

  • 90% kepuasan pelanggan

  • Jadwal penjemputan tepat waktu


BAGIAN 6: REFLEKSI

Tugas ini membuat saya memahami bahwa observasi langsung sangat penting untuk menemukan peluang bisnis yang asli dari kebutuhan masyarakat. Tantangan terbesar adalah melakukan wawancara kepada warga karena beberapa tidak mau diwawancara panjang.
Di masa depan, saya ingin mengembangkan ide ini menjadi aplikasi sederhana agar warga bisa memesan layanan dengan mudah dan terjadwal otomatis.


Jika kamu ingin, saya bisa:

✅ Buatkan dalam format Word / PDF
✅ Buatkan slide presentasi 5 menit
✅ Edit sesuai area observasi yang kamu pilih sendiri

Cukup bilang: "Buatkan versi Word/PDF" atau "Ganti area observasi saya jadi kampus/asrama/pasar”.

Mata Kuliah: Kewirausahaan

BAGIAN 1: LATAR BELAKANG

Deskripsi Area Observasi

Area observasi yang dipilih adalah Kawasan Kos/Kontrakan Padat Mahasiswa (radius 500m dari Gerbang Kampus). Kawasan ini dihuni oleh sekitar 300-400 mahasiswa dan memiliki aktivitas ekonomi yang tinggi (banyak warung makan, kedai kopi, dan minimarket).

Alasan Pemilihan Area

  1. Tingkat Konsumsi Tinggi: Mahasiswa sering membeli minuman dan makanan kemasan (air mineral, soft drink, kopi ready-to-drink), menghasilkan sampah botol plastik SUT (Sekali Usai Tuntas) dalam jumlah masif.

  2. Kurangnya Sarana Daur Ulang: Area tersebut hanya memiliki TPS umum, tetapi tidak ada fasilitas pemilahan sampah yang mendorong partisipasi aktif penghuni kos.

  3. Target Pasar Jelas: Penghuni kos adalah segmen pasar yang sensitif terhadap harga dan termotivasi oleh reward (voucher/diskon).

Metode Observasi yang Digunakan

Metode

Deskripsi

Durasi/Jumlah

Observasi Langsung

Mencatat volume dan jenis sampah botol plastik di tempat sampah komunal selama 3 hari.

3 Hari (Pagi, Siang, Malam)

Wawancara Terstruktur

Wawancara dengan penghuni kos dan pemilik warung/minimarket.

N=7 Responden (5 Mahasiswa, 2 Pemilik Warung)

BAGIAN 2: HASIL OBSERVASI

Tabel Hasil Observasi (Pola Sampah)

Fenomena Menarik

Keterangan

Pola/Masalah Berulang

Tumpukan Botol PET

Sampah botol air mineral dan kopi kemasan mendominasi (sekitar 60% dari total sampah non-organik).

Tingginya konsumsi minuman SUT di kalangan mahasiswa.

Pencampuran Sampah

Semua jenis sampah (organik, plastik, kertas) dibuang ke dalam satu kantong/tempat sampah.

Kurangnya kesadaran/motivasi untuk memilah sampah.

Harga Jual Sampah Rendah

Warga/pemilik warung enggan memilah karena harga jual ke pengepul sangat rendah dan prosesnya merepotkan.

Tidak adanya insentif yang cukup menarik untuk memilah sampah.

Ringkasan Wawancara

  • Mahasiswa (N=5): Semua mengakui mereka malas memilah karena "tidak tahu mau diapakan sampahnya" dan "tidak ada tempat sampah terpisah." Mereka sangat tertarik jika ada diskon atau voucher makanan sebagai imbalan.

  • Pemilik Warung (N=2): Mengeluhkan volume sampah yang cepat penuh dan biaya pengangkutan sampah yang tinggi. Mereka bersedia bekerja sama jika ada sistem yang mengurangi volume sampah dan menarik pelanggan datang ke warung mereka.

3 Masalah Teridentifikasi & Analisis Peluang

No

Masalah

Kebutuhan Pasar Belum Terpenuhi (Peluang)

1

Tingginya Limbah Plastik SUT: Botol minuman sekali pakai menumpuk di area kos.

Solusi yang memfasilitasi daur ulang secara instan dan masif di lokasi tersebut.

2

Kurangnya Insentif Daur Ulang: Harga jual ke pengepul tidak sebanding dengan usaha memilah.

Sistem reward yang nilainya lebih tinggi (non-tunai, seperti diskon atau voucher).

3

Proses Pembelajaran Daur Ulang yang Pasif: Mahasiswa hanya disuruh memilah tanpa pengalaman interaktif.

Platform yang membuat proses memilah sampah menjadi menarik, gamified, dan instan.

BAGIAN 3: IDE BISNIS TERPILIH

Nama Ide Bisnis: Eco-Swap Station

Deskripsi Ide Bisnis

Eco-Swap Station adalah Reverse Vending Machine (RVM) atau Mesin Penukar Sampah Otomatis sederhana yang ditempatkan di minimarket atau laundry mitra di kawasan kos.

  • Cara Kerja: Mahasiswa memasukkan botol plastik PET (sudah dibilas) ke dalam mesin. Mesin akan menimbang/menghitung, dan kemudian mengeluarkan Voucher Diskon Instan yang dapat digunakan untuk membeli kopi di kedai mitra atau diskon pulsa.

  • Inovasi (SCAMPER): Ide ini menggabungkan (Combine) daur ulang dengan Loyalty Program ritel, serta Mengadaptasi (Adapt) teknologi RVM global ke dalam skala UMKM lokal yang sederhana.

Alasan Pemilihan Ide

Ide ini paling menjanjikan karena:

  1. Memecahkan Masalah No. 2 dan 3 secara bersamaan: Menyediakan insentif yang tinggi (diskon makanan/kopi, bukan uang tunai receh) dan menjadikan proses daur ulang menyenangkan (gamified).

  2. Kelayakan Implementasi: Mesin dapat dibuat dalam skala kecil dengan teknologi yang terjangkau (sensor berat dan pencetak voucher termal).

  3. Model Bisnis Kuat: Memiliki dua aliran pendapatan: biaya langganan dari merchant (untuk traffic pelanggan) dan penjualan sampah terpilah ke industri daur ulang besar.

Business Model Canvas (BMC) Sederhana

Key Partners (Partner Kunci)

Key Activities (Aktivitas Kunci)

Value Propositions (Nilai Tambah)

Customer Relationships (Hubungan Pelanggan)

Customer Segments (Segmen Pelanggan)

1. Minimarket/Kedai Kopi Mitra (tempat mesin). 2. Perusahaan Daur Ulang Besar.

1. Pembuatan dan Pemeliharaan Mesin. 2. Pengambilan Sampah Terpilah (Logistik). 3. Integrasi Software Voucher.

1. Bagi Mahasiswa: Diskon Instan untuk Kopi/Pulsa. 2. Bagi Mitra (Kedai Kopi): Peningkatan Traffic Pelanggan. 3. Bagi Lingkungan: Pengurangan Sampah Plastik SUT.

Layanan Maintenance Mesin Cepat. Program Poin/Level Daur Ulang (Gamifikasi).

1. Mahasiswa (18-24 tahun) penghuni kos. 2. Minimarket/Kedai Kopi di area kampus.

Key Resources (Sumberdaya Kunci)

Channels (Saluran Distribusi)

Cost Structure (Struktur Biaya)

Revenue Streams (Aliran Pendapatan)

1. Desain Mesin (Hardware/Software). 2. Kontrak Kerjasama Voucher Diskon. 3. Kurir Logistik Sampah.

Penempatan Mesin di Area High-Traffic (Lobby Kos/Minimarket). Promosi melalui media sosial (Instagram/TikTok).

1. Biaya Pembuatan dan Maintenance Mesin (terbesar). 2. Biaya Redemption Voucher (diskon dibayarkan ke mitra). 3. Gaji Kurir Logistik.

1. Penjualan Sampah Plastik Terpilah (Harga tinggi karena pre-sorted). 2. Biaya Langganan Mitra (B2B): Kedai Kopi membayar biaya bulanan untuk traffic yang dihasilkan mesin.

BAGIAN 4: ANALISIS KELAYAKAN

Target Pasar

  • Primer: Penghuni Kos/Asrama Mahasiswa di radius 500m (Total Estimasi Populasi: $\approx 800$ orang).

  • Sekunder: Karyawan dan Dosen di area kampus yang membawa bekal/minuman kemasan.

Keunikan/Nilai Tambah (USP)

  • Penyelesaian Eco-Guilt Instan: Konsumen mendapat reward langsung di lokasi (tidak perlu menunggu).

  • Trafik ke Mitra: Mesin berfungsi ganda sebagai traffic generator bagi kedai kopi atau laundry yang menjadi mitra, menciptakan win-win solution.

Kompetitor Analisis

Jenis Kompetitor

Kelemahan Kompetitor

Keunggulan Eco-Swap Station

Pengepul Sampah Keliling

Harga beli sangat rendah, tidak konsisten, merepotkan konsumen.

Nilai reward non-tunai lebih tinggi, proses instan dan menyenangkan.

Bank Sampah Konvensional

Lokasi jauh, jadwal terbatas, proses pencairan dana lama.

Lokasi 24/7 di area padat kos, reward dapat digunakan saat itu juga.

Estimasi Biaya Awal dan Harga (Simulasi)

Pos Biaya

Estimasi Biaya (Rp)

Keterangan

Pembuatan Purwarupa Mesin (RVM)

$10.000.000$

Mesin sederhana (sensor berat, printer termal, hopper).

Operasional 1 Bulan Awal

$3.000.000$

Gaji Kurir (paruh waktu), Biaya Maintenance kecil.

Total Biaya Awal

$\approx 13.000.000$

Untuk pilot project 1 unit mesin.

  • Harga Jual Sampah Terpilah: Rp 5.000/kg (lebih tinggi dari harga pengepul karena sudah terpilah murni).

  • Target Reward: 1 Botol $\approx$ Poin senilai Rp 200 (untuk ditukar diskon $Rp 2.000$ - $Rp 5.000$).

  • Harga Langganan Mitra: Rp 500.000/bulan (biaya sewa lokasi dan traffic pelanggan).

BAGIAN 5: RENCANA IMPLEMENTASI

Langkah-langkah 30 Hari Pertama

Minggu

Aktivitas Utama

Minggu 1

Pembuatan Draft Mesin (Desain/ Prototype Sederhana): Pembelian komponen dan penentuan algoritma poin.

Minggu 2

Akuisisi Mitra: Negosiasi dengan 2 Kedai Kopi/Minimarket untuk penempatan mesin dan skema diskon voucher.

Minggu 3

Uji Coba Lapangan (Mesin Beta): Penempatan mesin di 1 lokasi mitra. Uji coba sistem reward dengan 10 key user.

Minggu 4

Pemasaran Awal & Grand Launch: Peluncuran voucher reward di media sosial dan mulai menjalin kontak dengan Perusahaan Daur Ulang besar.

Sumber Daya yang Dibutuhkan

  1. Manusia: 1 Teknisi (paruh waktu) untuk maintenance mesin dan 1 Kurir (paruh waktu) untuk pengangkutan sampah.

  2. Hardware: 1 Unit Mesin Eco-Swap Station, 1 Unit Kendaraan Roda 3 (untuk angkut sampah).

  3. Kemitraan: Kontrak jelas dengan Mitra Voucher (Kedai Kopi) dan Mitra Pembeli Sampah (Perusahaan Daur Ulang).

Metrik Keberhasilan (Target 3 Bulan)

  1. Volume Sampah: Mengumpulkan $200$ kg sampah botol plastik per bulan.

  2. Adopsi: Mencapai $200$ pengguna aktif (mahasiswa yang menukar minimal 1x seminggu).

  3. Keuangan: Mencapai pendapatan stabil dari penjualan sampah dan biaya langganan mitra.

BAGIAN 6: REFLEKSI

Pembelajaran dari Tugas

Tugas observasi ini mengajarkan bahwa peluang bisnis seringkali ada di masalah sederhana yang dianggap remeh (sampah dan kemalasan). Inovasi tidak harus selalu teknologi yang rumit, melainkan bagaimana menggabungkan dua hal yang tidak berhubungan (daur ulang + diskon kopi) untuk menciptakan nilai yang lebih besar bagi semua pihak.

Tantangan yang Dihadapi

Tantangan terbesar adalah risiko kegagalan mesin (sensor macet atau voucher tidak keluar) dan negosiasi skema diskon dengan mitra. Mitra mungkin enggan memberikan diskon besar, sehingga perlu diyakinkan bahwa traffic pelanggan baru yang dibawa oleh mesin jauh lebih bernilai.

Rencana Pengembangan Selanjutnya

  1. Pengembangan Aplikasi Mobile: Mengubah voucher fisik menjadi e-voucher yang terintegrasi di aplikasi, memungkinkan gamifikasi (level, leaderboard) dan tracking kontribusi daur ulang per individu.

  2. Ekspansi Bahan Baku: Mengembangkan mesin agar dapat menerima jenis sampah lain, seperti kaleng aluminium dan kardus.

  3. Sertifikasi: Mengurus sertifikasi dan kontrak kerjasama resmi dengan perusahaan daur ulang besar untuk menjamin harga jual sampah yang stabil.

Comments

Popular posts from this blog

Membangun Personal Branding yang Kuat: Modal Wirausaha untuk Mendapat Kepercayaan

EVALUASI DAN ANALISIS INTEGRATIF TUGAS MANDIRI 01, 02, DAN 03